Sunday, August 24, 2008

Bab I : Kepercayaan pada Tu dan Yang (3)

Kepercayaan pada Tu dan Yang 2 (sebelumnya)
cover-depan.gifDEWA-DEWA
SELAIN Tu atau Tuh, terdapat pula banyak dewa, tetapi derajatnya di ba­wah Tu atau Tuh. Dewa-dewa ini biasa disebut Yang atau Shan atau Hyang, Iyang, Yeng dan semacamnya. Di Jepang diberi pula gelar “karni”.
Dewa yang tertinggi ialah Dewa Langit dan Dewa Bumi. Di China. Dewa langit ialah Yang, ia sebagai pemberi; ada di atas, berlambangkan merah dan bersifat jantan. Sebagian kepercayaan di China menamakannya pula Giok Tie; ia turun menjeIma mengorbankan dirinya untuk membendung sungai Huang Ho demi keseIamatan manusia. Dewi bumi ialah Yin atau Ying, ia sebagai penerima; ada di bawah, berlambangkan putih dan bersifat betina.
Perkawinan itu bersifat pengembangan, segala sesuatu bersifat merah dan kematian itu kembali ke bumi, sehingga bersifat putih.
Pada kepercayaan asli Siam, Dewa Langit-Bumi disebut Po Yang dan Mo Yang; pada suku Munda disebut Yhaam dan Yheem; dalam kepercayaan Melayu kuna disebut Poyang dan Moyang atau Ame dan Ine; dalam kepercayaan asli Kamboja disebut Poyang Ame dan Poyang Ine; dalan kepercayaan Sunda Kuna disebut Sunan Bapa dan Sunan Ambu. Giok Tie dalam kepercayaan China dan Sunan Ambu dalam kepercayaan Sunda Kuna dianggap berdiam di kahyangan tingkat sembilan.
Kepercayaan tentang Tuhan langit dan Tuhan bumi ini tersebar Iuas di muka bumi ini.
yin-yang.jpg
Dongeng-Dongeng
Konon pasangan Yang-Yin itu beranak tujuh orang putra dan tujuh orang putri. Karena putri sulung panas hati pada Yang putra, ia turun mandi ber­sama para saudarinya ke sebuah danau yang sepi di bumi, menuruni jen­jang pelangi.
Pada suatu ketika Yang putra sulung naik berahi pada ibu kandungnya sehingga ia diusir ke bumi. la menjadi calon penguasa di bumi dan belum mempunyai pasangan. Pada malam purnama raya, ia berpesiar ke tepi da­nau dan meIihat putri-putri langit tengah mandi. Lalu ia mencuri selembar baju-terbang putri itu, yang temyata milik putri bungsu. Ketika putri-putri lain terbang kembali ke kahyangan, putri bungsu menangis karena kehilan­gan baju terbangnya itu. Akhimya, putra sulung mengawininya hingga beranak cucu sebagai raja-raja bumi. Karena itulah, raja dianggap sebagai putera langit.


Mitos ini tersebar di seluruh Asia Tenggara, China, Jepang, Korea, dan sekitamya. Di Sulawesi terkenal cerita Ogo Amas, di Jawa cerita Jaka Tarub, di Filipina cerita Poyaka, serta di Sumatera cerita Putri Tujuh. Di Jepang ada cerita Ha Goromo yang kehilangan baju terbangnya; ia menangis dan akhirnya terpaksa menyerah dikawini oleh seorang pemuda pencuri baju terbangnya itu. Namun tatkala ia telah beranak seorang laki-Iaki dan baju­nya ditemukan kembali, ia terbang kembali ke angkasa. Sang suami menyu­sulnya dengan mengendarai seekor burung rajawali.


Dongeng yang hampir serupa terdapat pula di Malagasi, Samoa, dan Peru.
Karena langit dan bumi berhubungan, dan burni diperintah keturunan langit, akhirnya segala sesuatu dianggap pancaran langit. Raja wajib dihor­mati dan dipuja, begitu pula segala keturunannya, karena ia adalah anak langit.
Dalam kitab Ung Fan: Tujuan langit itu Thien Tao, tujuan burni itu Tu Tao, tujuan manusia itu Jen Tao, semuanya saling memengaruhi. Contoh:
  • Menghormati yang patut dihormati itu penyebab turun hujan yang dihajati
  • Kerja hati-hati itu penyebab angin yang diperlukan
  • Kekerasan itu penyebab hujan berkepanjangan
  • Malas itu penyebab angin panas
  • Bodoh itu penyebab badai yang keras

Jepang:
Izanagi dan Izanarni adalah pencipta Moyang dan Poyang. Di bawahnya terdapat lebih 800 dewa, di antaranya: Tsukiyorni Dewi Bulan, Ebisu Dewi Perikanan, Uzuma Dewa Bahagia, dan Amaterasu Omikami Dewi Matahari. Cucunya bernama Ninigi no Mikoto yang berdiri di tepi langit, lalu ia turun dengan tongkat wasiatnya untuk menciptakan kepulauan Jepang. Setelah kepulauan itu tercipta, ia sampai di Pulau Kyushu membawa pedang, dan cermin. Kemudian ia menemukan tujuh putri sedang mandi dan mencuri baju terbang putri bungsu. Ia kawin dengan putri bungsu itu dan salah seorang keturunannya bemama Jimmu Tenno.
Keturunan langit mewariskan benda wasiat: mitama Shinto, cermin de­wata di Kuil Ise, intan dewata di istana Tenno, dan sebagainya.
China:
Yang Ti menyuruh raksasa Pan Ku membuat bumi dan langit dengan perka­kas tukang kayu. Ketika Pan Ku mati, rambutnya menjadi pohon-pohonan, nafasnya menjadi angin, ludahnya menjadi lautan, dan matanya menjadi bulan dan matahari.
Dunia dibentuk segi empat berlapiskan langit dan berpusat di Tsin Hsia. Di Iuar bumi terletak daerah kosong tempat hantu-hantu dan Dewi Pa, pe­ngurus kemarau. Di sebelah Timur terletak Su Hai lautan besar.
Putra langit ialah putra Yang Ti, turun memerintah bumi dengan segaia kebijaksanaannya. Ia memersatukan unsur Yang dan unsur Yin dalam dirinya.
Pada mulanya bumi dan langit berbentuk bulat telur. Pan Ku, mempu­nyai panjang tubuh 90.000 Ii (satu Ii sarna dengan setengah kilometer) terku­rung dalam telur tersebut. Dengan kekuatannya, Pan Ku memecahkan telur tersebut. Hasil dari pecahan telur, yang kecil menjadi langit, yang besar menjadi bumi. Karena bumi dan langit terlalu berdekatan, langit ditopang­nya dan bumi diinjaknya. Setelah sepuluh ribu tahun, langit dan bumi bersatu kembali.
Setelah waktu yang cukup lama, Dewi Nu Wa hadir ke dunia. Dewi Nu Wa merasa sedih karena tidak ada yang menemani. Kesedihan Dewi Nu Wa semakin bertambah karena tangannya terkotori lumpur. Lumpur yang mengotori tangan Dewi Nu Wa menetes ke air menjadi kecebong.
Dalam kondisi yang sepi, Dewi Nu Wa membuat sosok manusia. Sejak Dewi Nu Wa menciptakan manusia pada hari ketujuh bulan kesatu, hari itu dikenal sebagai hari penciptaan manusia.
Aztec:
Tuhan langit mengutus manusia raksasa menciptakan dunia dengan segala isinya. Semula bumi itu panas. Menjelang dingin, panas bumi yang tersisa pada api tampak pada kayu dan batu-batu. Bumi pun mencair dan mem­beku.
Tatkala manusia akan diciptakan, bermusyawarahlah segala binatang yang dikepalai seekor singa. Binatang-binatang menolaknya, tetapi serigala kecil mengutarakan kebijaksanaannya. Manusia tercipta, lalu akhirnya pu­tera langit anak dewa matahari pun turun memerintah dengan segala ke­adilannya. Dan serigala keeil itu menjadi abdinya.
Toraja:
Tuhan langit menciptakan bumi, lalu ia menurunkan tujuh buah batu. Ia meletakkannya tujuh batu itu di tujuh tempat. Maka keluarlah tujuh orang putra langit dari dalam batu itu untuk memerintah bumi.

Kaharingan:
Sangkreang-Sangkrepeng menciptakan Itak Tungkan Ayan Kakah Tungkan Anai. Ia berupa anai-anai yang bekerja membuat langit dan bumi dalam tujuh hari. Sisa pembuatan langit dan bumi, atas permintaan Sangkreang-Sangkrepeng dijadikannya sebuah patung, patung itu diberinya nyawa dan dinamainyalah Samarikung. Samarikung dikawinkan dengan Diang Seru­nai, menurunkannya manusia, hewan, dan bintang-bintang di langit. Semula manusia itu hidup kekal, tetapi karena manusia ingin mengetahui ulat pemakan mayat, usianya menjadi pendek. Dengan usianya yang pendek itu, manusia berusaha untuk menguasai bumi dan segala isinya, tetapi hantu-hantu selalu mengganggunya. Kemudian, manusia membuat penangkal-penangkal hantu itu dan menjalankan pengorbanan.
Sunda:
Sunan Bapa menciptakan alam itu tiga tingkat. Semula alam berupa buih, lalu memadat dan membeku. Yang pertama kali membeku adalah tanah Priangan. Kemudian manusia turun, hamil, dan berkembang. Manusia langit hamil pada lehemya, manusia bumi hamil pada perutnya, dan manusia bawah bumi hamil pada betisnya. Keturunan Bapa dan Ambu lalu meme­enurunkan undang-undang kerukunan hidup.

No comments:

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.