Sunday, August 24, 2008

Bab I : Kepercayaan pada Tu dan Yang (2)

Kepercayaan pada Tu dan Yang 1 (sebelumnya)

cover-depan.gif Ketuhanan Ajaran Asli Bangsa-Bangsa itu

Penguasa sekalian alam itu dinamakan Tu yang bersifat Esa, tidak berawal dan tidak berakhir. Ia Mahabesar jika dibandingkan dengan alam terbesar dan Mahakecil jika dibandingkan dengan alam yang terkecil. Akan tetapi zat Tu itu memenuhi sekalian alam. Bila alam itu binasa, zat Tu itu kembali seperti semula.

(A). Menurut Ajaran China

Lao-Tzu (604 SM) yang berarti guru tua, dan bernama asli Piyan atau Pi Yang mengajarkan filsafat Tao yang terkumpul dalam buku Tao Te Ching. Menurut ajarannya:

Dalam segala benda ada Tao, Tao sendiri bukan benda, dalam segala kejadian ada Tao. Jika suatu kejadian berakhir, Tao tetap kekal abadi. Ada dengan tiada tetap bertautan, tak pernah bercerai, sebermula terjadilah langit lalu bumi. Keduanya diam, keduanya sunyi.

Ia Tao ada bersendiri dan tak pernah berubah.
Berpusing dalam bulatan dan tak pernah tidak tetap.
Pandanglan Tao itu sebagai ibu dunia.
Siapakah namanya? Entahlah, ia hanya kusebut Tao.

Orang memandangnya namun tak melihatnya, namanya Ie (sama). Orang mendengarnya namun tak menyimaknya (mendengarnya), namanya Hie (halus). Orang mencapainya namun tidak terpegangnya, namanya Wie (gaib).

Jadi, Tao atau Tee atau Thian bersifat Ie, Hie, dan Wie.

(B). Menurut Kung Fu-Tzu/Kong Hu Cu (551-479 SM)

Seungguhnya Kung Fu-Tzu hanya sedikit mempersoalkan ketuhanan dan kebanyakan membicarakannya soal akhlak, seperti pepatahnya: “Taatilah ayah bunda dan pemerintahan!

Dalam soal ketuhanan, ajaran Kung Fu-Tzu hampir sama dengan ajaran kepercayaan China lainnya, katanya: “Tao itu boleh dipikir dengan mengkaji alam dan kehidupan…Tao itu bersatu tetapi bercerai dengan alam.

Diantara buku-bukunya adalah Lun Yu, Ta Hsueh, Chung Yung, Shu Ching, I Ching, Shih Ching, dan Ch’un Ch’iu.

Lao-Tzu dan Kung Fu-Tzu dimitoskan orang. Lao-Tzu dianggap gaib dengan menunggang kerbau dan Kung Fu-Tzu dianggap gaib dengan menunggang Kielin. Kielin adalah sejenis binatang gaib dalam kepercayaan China yang berwujud serupa kuda, tetapi berkepala dan bersisik mirip naga, bertanduk mirip rusa, dan berkuku mirip singa.

qingqilin.jpg

Sumber Gambar Wiki

Inti dari ajaran Kong Hu Cu:

1.) Semula manusia hidup berbudi baik seperti Sing-budi langit. karena pergaulan buruk, Sing itu tersingkir.

2.) Perihidup itu ada tiga, yaitu: perihidup perseorangan, perihidup kerumahtanggaan, dan perihidup kemasyarakatan (negara). Negara menjadi induk yang menuruti Sing-budi langit dan memelihara rakyatnya. semua rakyat itu bersaudara.

3.) Semua harus memelihara kemurnian Sing-budi langit, pejabat harus berasaskan budi langit, bukan hanya keahlian serta kepandaian. Melepaskan Sing berarti hidup dalam kemungkaran dan kemungkaran menyebabkan kekacauan dan hilangnya keseimbangan.

4.) Rakyat harus mentaati raja sebagai “induk” dan menghormati kaum bangsawan sebagai “kakak”. Hierarki penghormatan adalah: kaum bangsawan, ayah, saudara laki-laki, suami, dan teman.

(C). Menurut Ajaran Mon dan Khmer

Tu atau Tuh itu ada dan menyeluruh. Ia jauh tetapi dekat, ia bersatu tetapi berpisah.

(D). Menurut Ajaran Melayu Purba

Tu dinamakan pula Tuh (jika diberi imbuhan -an menjadi Tuhan). Tuh dinamakan pula Sangyang Tunggal yang hidup bersekutu dalam alam, tetapi ia bukan alam.

(E). Dalam Ajaran Kaharingan

Tu atau Toh itu roh alam, penguasa terbenam dan terbitnya matahari.

(F). Dalam Ajaran Pendeta-Pendeta Polinesia

Tak bergerak manusia bila tak hidup, tak mungkin hidup jika tak ada Iyo dan Iyo itulah Itoh, bapak segala kejadian.

Orang Maori berpendapat: Jika selembar daun itu menjadi layu, setanda “Ora” daun itu, diambil oleh Toh. Ora adalah zat Toh, tersebar dalam benda-benda, tetapi benda-benda itu bukan Toh.

(G). Dalam Ajaran Tahiti

Sebelum ada apa-apa Toa sudah ada, dialah Toaroa. sebelum ada apa pun –ketika alam sunyi senyap– Toaroa berteriak sekeras mungkin sehingga dirinya melebur dengan akar-akaran, tumbuh-tumbuhan, batu, pasir, hewan, dan segala benda. Toaroa itulah pemanjang segala dahan-dahan. Dia adalah terang, dan ada di dalam yang tak terduga, di bawah, di atas di mana pun ia tetap ada dan kekal, dialah Toaroa pencipta Hawaii.

(H). Dalam Ajaran Samiola

Esang Etuh Emiso penjelmaan Tuhan langit yang melebur dirinya dalam alam. Ia dipengaruhi Tuh dalam dirinya. Ia melepaskan burung merpati sekitar Gunung Nunne Chaca. Karena bayangan burung merpati itu, sekitar gunung menjadi daratan dan menjelma menjadi sebuah pulau.

Cerita semacam ini terdapat di Timor. Diceritakan bahwa manusia pertama diberi sepasang elang dan benang oleh Tuhan langit. Kaki elang itu diikatnya dan terbanglah sekitar Gunung Mutis yang dikelilingi laut, maka menjelmalah daratan dan terbentuklah Pulau Timor.

(I). Dalam Ajaran Guatemala

Kejadian langit pertama kali berasal dari Tou yang meleburkan dirinya dengan lipan bersayap yang diliputi hujan biru bernama Cucumatzh. Cucumatzh adalah hati dan roh langit. Ia bercampur baur dengan roh pusat, lalu berteriak keras-keras: “Hsart!“, terciptalah kabut gelap. Kemudian keadaan menjadi terang benderang, lalu terciptalah bumi, tumbuh-tumbuhan, dan hewan. Cucumatzh pun bergembira dan berkata: “Kedatanganku ini dianugerahi hati langit, zat Tou telah menjelma, usaha keras kita pun selesailah sudah.

(J). Menurut Ajaran Asli Jepang

To itulah pangkal kejadian. Bila kejadian itu berakhir, To tetap abadi dan jalan itu adalah jalan pada To (Sinto).

(K). Menurut Ajaran Huna

Dhy Thi menciptakan alam dari pancaran dirinya sehingga zatnya tersebar dalam segala benda.

(L). Menurut Ajaran Beun

Po Teuh telah melebur dirinya karena kerinduannya untuk menciptakan alam. Menurut ajaran Beum di Tibet: Toun hendak menciptakan alam, tetapi tak ada yang patut diberikan melainkan dirinya, maka Toun pun melebur dirinya dalam alam sambil berpesan: “Aku adalah engkau dan engkau adalah aku!” Di Korea, Toun dinamakan Teuh.

(M). Kesimpulan

Tuhan itu dinamakan Tao, Thian, Toaroa, Toh, Tuh, Thi, Tou, To, Teuh, dan segalanya yang berakar dari kata sama. Tuhan itu bersatu dengan alam, tetapi alam sendiri bukan Tuhan. Di Jawa, ajaran panteisme ini masih berbekas dalam Kejawen. Di luar Jawa terdapat dalam agama-agama lokal di Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, dan agama lokal lainnya di Indonesia. Terdapat pula pada agama-agama lokal suku-suku terpencil di Birma dan Thailand, pada kepercayaan orang Yakun di Malaysia dan kepercayaan suku-suku terpencil lainnya di Asia Tenggara.

Dalam buku “Fajar Kejadian” terbitan L.S.I. Yogya halaman 23, disebutkan: “Tuhan itu dituntut oleh sifat-sifatnya sendiri, karena belum ada apa-apa, Ia memberikan zat-zatnya sendiri, sehingga terciptalah alam.” (Bandingkan dengan sifat-sifat Tu)

No comments:

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.