Sunday, August 24, 2008

JANJI THIFAN

  1. Sanya (Bahwasannya) aku tidak akan menyekutukan Alloh, aku tidak akan percaya pada takhayul, khurafat, dan tidaklah aku akan berbuat bid’ah dalam syara.
  2. Sanya aku akan mentaati hukum Alloh dan Rosul-Nya, sedaya upayaku kujalankan perintah Alloh dan Rosul-Nya, sedaya upayaku kujauhi larangan Alloh dan Rosul-Nya.
  3. Sanya hanya kupergunakan ilmu ini pada jalan haq, dan semoga terumpang barahlah aku apakala ilmu ini kupergunakan pada jalan bathil atau aku mengkhianati amanat sehingga ilmu ini jatuh di luar haq.
  4. Sanya aku berusaha amar ma’ruf nahi munkar.
  5. Sanya aku akan mentaati segala peraturan lanah sepanjang peraturan itu tiada menyimpang dari hukum Alloh dan Rosul-Nya.
  6. Sanya aku tidak akan tekebur, pongah dan congkak.
  7. Tidaklah aku akan terpancing, terhasut lawan, lalu tidaklah aku akan mengikuti jalan kekafiran.
  8. Aku akan teliti bertindak dan tekun mencahari ilmu.
  9. Aku berdaya upaya bersahabat dengan siapapun di dalam batas-batas hukum syara.
  10. Aku tidak akan menganut dan berasas ashobiyah.
  11. Aku tidak akan mempergunakan lambang-lambang, upacara-upacara, penghormatan yang menyalahi syara’

keterangan = Diambil dari kitab Thifan berbahasa Melayu

Bab I : Kepercayaan pada Tu dan Yang (3)

Kepercayaan pada Tu dan Yang 2 (sebelumnya)
cover-depan.gifDEWA-DEWA
SELAIN Tu atau Tuh, terdapat pula banyak dewa, tetapi derajatnya di ba­wah Tu atau Tuh. Dewa-dewa ini biasa disebut Yang atau Shan atau Hyang, Iyang, Yeng dan semacamnya. Di Jepang diberi pula gelar “karni”.
Dewa yang tertinggi ialah Dewa Langit dan Dewa Bumi. Di China. Dewa langit ialah Yang, ia sebagai pemberi; ada di atas, berlambangkan merah dan bersifat jantan. Sebagian kepercayaan di China menamakannya pula Giok Tie; ia turun menjeIma mengorbankan dirinya untuk membendung sungai Huang Ho demi keseIamatan manusia. Dewi bumi ialah Yin atau Ying, ia sebagai penerima; ada di bawah, berlambangkan putih dan bersifat betina.
Perkawinan itu bersifat pengembangan, segala sesuatu bersifat merah dan kematian itu kembali ke bumi, sehingga bersifat putih.
Pada kepercayaan asli Siam, Dewa Langit-Bumi disebut Po Yang dan Mo Yang; pada suku Munda disebut Yhaam dan Yheem; dalam kepercayaan Melayu kuna disebut Poyang dan Moyang atau Ame dan Ine; dalam kepercayaan asli Kamboja disebut Poyang Ame dan Poyang Ine; dalan kepercayaan Sunda Kuna disebut Sunan Bapa dan Sunan Ambu. Giok Tie dalam kepercayaan China dan Sunan Ambu dalam kepercayaan Sunda Kuna dianggap berdiam di kahyangan tingkat sembilan.
Kepercayaan tentang Tuhan langit dan Tuhan bumi ini tersebar Iuas di muka bumi ini.
yin-yang.jpg
Dongeng-Dongeng
Konon pasangan Yang-Yin itu beranak tujuh orang putra dan tujuh orang putri. Karena putri sulung panas hati pada Yang putra, ia turun mandi ber­sama para saudarinya ke sebuah danau yang sepi di bumi, menuruni jen­jang pelangi.
Pada suatu ketika Yang putra sulung naik berahi pada ibu kandungnya sehingga ia diusir ke bumi. la menjadi calon penguasa di bumi dan belum mempunyai pasangan. Pada malam purnama raya, ia berpesiar ke tepi da­nau dan meIihat putri-putri langit tengah mandi. Lalu ia mencuri selembar baju-terbang putri itu, yang temyata milik putri bungsu. Ketika putri-putri lain terbang kembali ke kahyangan, putri bungsu menangis karena kehilan­gan baju terbangnya itu. Akhimya, putra sulung mengawininya hingga beranak cucu sebagai raja-raja bumi. Karena itulah, raja dianggap sebagai putera langit.


Bab I : Kepercayaan pada Tu dan Yang (2)

Kepercayaan pada Tu dan Yang 1 (sebelumnya)

cover-depan.gif Ketuhanan Ajaran Asli Bangsa-Bangsa itu

Penguasa sekalian alam itu dinamakan Tu yang bersifat Esa, tidak berawal dan tidak berakhir. Ia Mahabesar jika dibandingkan dengan alam terbesar dan Mahakecil jika dibandingkan dengan alam yang terkecil. Akan tetapi zat Tu itu memenuhi sekalian alam. Bila alam itu binasa, zat Tu itu kembali seperti semula.

(A). Menurut Ajaran China

Lao-Tzu (604 SM) yang berarti guru tua, dan bernama asli Piyan atau Pi Yang mengajarkan filsafat Tao yang terkumpul dalam buku Tao Te Ching. Menurut ajarannya:

Dalam segala benda ada Tao, Tao sendiri bukan benda, dalam segala kejadian ada Tao. Jika suatu kejadian berakhir, Tao tetap kekal abadi. Ada dengan tiada tetap bertautan, tak pernah bercerai, sebermula terjadilah langit lalu bumi. Keduanya diam, keduanya sunyi.

Ia Tao ada bersendiri dan tak pernah berubah.
Berpusing dalam bulatan dan tak pernah tidak tetap.
Pandanglan Tao itu sebagai ibu dunia.
Siapakah namanya? Entahlah, ia hanya kusebut Tao.

Orang memandangnya namun tak melihatnya, namanya Ie (sama). Orang mendengarnya namun tak menyimaknya (mendengarnya), namanya Hie (halus). Orang mencapainya namun tidak terpegangnya, namanya Wie (gaib).

Jadi, Tao atau Tee atau Thian bersifat Ie, Hie, dan Wie.

(B). Menurut Kung Fu-Tzu/Kong Hu Cu (551-479 SM)

Seungguhnya Kung Fu-Tzu hanya sedikit mempersoalkan ketuhanan dan kebanyakan membicarakannya soal akhlak, seperti pepatahnya: “Taatilah ayah bunda dan pemerintahan!

Dalam soal ketuhanan, ajaran Kung Fu-Tzu hampir sama dengan ajaran kepercayaan China lainnya, katanya: “Tao itu boleh dipikir dengan mengkaji alam dan kehidupan…Tao itu bersatu tetapi bercerai dengan alam.

Diantara buku-bukunya adalah Lun Yu, Ta Hsueh, Chung Yung, Shu Ching, I Ching, Shih Ching, dan Ch’un Ch’iu.

Lao-Tzu dan Kung Fu-Tzu dimitoskan orang. Lao-Tzu dianggap gaib dengan menunggang kerbau dan Kung Fu-Tzu dianggap gaib dengan menunggang Kielin. Kielin adalah sejenis binatang gaib dalam kepercayaan China yang berwujud serupa kuda, tetapi berkepala dan bersisik mirip naga, bertanduk mirip rusa, dan berkuku mirip singa.

qingqilin.jpg

Sumber Gambar Wiki

Inti dari ajaran Kong Hu Cu:

1.) Semula manusia hidup berbudi baik seperti Sing-budi langit. karena pergaulan buruk, Sing itu tersingkir.

2.) Perihidup itu ada tiga, yaitu: perihidup perseorangan, perihidup kerumahtanggaan, dan perihidup kemasyarakatan (negara). Negara menjadi induk yang menuruti Sing-budi langit dan memelihara rakyatnya. semua rakyat itu bersaudara.

3.) Semua harus memelihara kemurnian Sing-budi langit, pejabat harus berasaskan budi langit, bukan hanya keahlian serta kepandaian. Melepaskan Sing berarti hidup dalam kemungkaran dan kemungkaran menyebabkan kekacauan dan hilangnya keseimbangan.

4.) Rakyat harus mentaati raja sebagai “induk” dan menghormati kaum bangsawan sebagai “kakak”. Hierarki penghormatan adalah: kaum bangsawan, ayah, saudara laki-laki, suami, dan teman.

(C). Menurut Ajaran Mon dan Khmer

Tu atau Tuh itu ada dan menyeluruh. Ia jauh tetapi dekat, ia bersatu tetapi berpisah.

(D). Menurut Ajaran Melayu Purba

Tu dinamakan pula Tuh (jika diberi imbuhan -an menjadi Tuhan). Tuh dinamakan pula Sangyang Tunggal yang hidup bersekutu dalam alam, tetapi ia bukan alam.

(E). Dalam Ajaran Kaharingan

Tu atau Toh itu roh alam, penguasa terbenam dan terbitnya matahari.

(F). Dalam Ajaran Pendeta-Pendeta Polinesia

Tak bergerak manusia bila tak hidup, tak mungkin hidup jika tak ada Iyo dan Iyo itulah Itoh, bapak segala kejadian.

Orang Maori berpendapat: Jika selembar daun itu menjadi layu, setanda “Ora” daun itu, diambil oleh Toh. Ora adalah zat Toh, tersebar dalam benda-benda, tetapi benda-benda itu bukan Toh.

(G). Dalam Ajaran Tahiti

Sebelum ada apa-apa Toa sudah ada, dialah Toaroa. sebelum ada apa pun –ketika alam sunyi senyap– Toaroa berteriak sekeras mungkin sehingga dirinya melebur dengan akar-akaran, tumbuh-tumbuhan, batu, pasir, hewan, dan segala benda. Toaroa itulah pemanjang segala dahan-dahan. Dia adalah terang, dan ada di dalam yang tak terduga, di bawah, di atas di mana pun ia tetap ada dan kekal, dialah Toaroa pencipta Hawaii.

(H). Dalam Ajaran Samiola

Esang Etuh Emiso penjelmaan Tuhan langit yang melebur dirinya dalam alam. Ia dipengaruhi Tuh dalam dirinya. Ia melepaskan burung merpati sekitar Gunung Nunne Chaca. Karena bayangan burung merpati itu, sekitar gunung menjadi daratan dan menjelma menjadi sebuah pulau.

Cerita semacam ini terdapat di Timor. Diceritakan bahwa manusia pertama diberi sepasang elang dan benang oleh Tuhan langit. Kaki elang itu diikatnya dan terbanglah sekitar Gunung Mutis yang dikelilingi laut, maka menjelmalah daratan dan terbentuklah Pulau Timor.

(I). Dalam Ajaran Guatemala

Kejadian langit pertama kali berasal dari Tou yang meleburkan dirinya dengan lipan bersayap yang diliputi hujan biru bernama Cucumatzh. Cucumatzh adalah hati dan roh langit. Ia bercampur baur dengan roh pusat, lalu berteriak keras-keras: “Hsart!“, terciptalah kabut gelap. Kemudian keadaan menjadi terang benderang, lalu terciptalah bumi, tumbuh-tumbuhan, dan hewan. Cucumatzh pun bergembira dan berkata: “Kedatanganku ini dianugerahi hati langit, zat Tou telah menjelma, usaha keras kita pun selesailah sudah.

(J). Menurut Ajaran Asli Jepang

To itulah pangkal kejadian. Bila kejadian itu berakhir, To tetap abadi dan jalan itu adalah jalan pada To (Sinto).

(K). Menurut Ajaran Huna

Dhy Thi menciptakan alam dari pancaran dirinya sehingga zatnya tersebar dalam segala benda.

(L). Menurut Ajaran Beun

Po Teuh telah melebur dirinya karena kerinduannya untuk menciptakan alam. Menurut ajaran Beum di Tibet: Toun hendak menciptakan alam, tetapi tak ada yang patut diberikan melainkan dirinya, maka Toun pun melebur dirinya dalam alam sambil berpesan: “Aku adalah engkau dan engkau adalah aku!” Di Korea, Toun dinamakan Teuh.

(M). Kesimpulan

Tuhan itu dinamakan Tao, Thian, Toaroa, Toh, Tuh, Thi, Tou, To, Teuh, dan segalanya yang berakar dari kata sama. Tuhan itu bersatu dengan alam, tetapi alam sendiri bukan Tuhan. Di Jawa, ajaran panteisme ini masih berbekas dalam Kejawen. Di luar Jawa terdapat dalam agama-agama lokal di Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, dan agama lokal lainnya di Indonesia. Terdapat pula pada agama-agama lokal suku-suku terpencil di Birma dan Thailand, pada kepercayaan orang Yakun di Malaysia dan kepercayaan suku-suku terpencil lainnya di Asia Tenggara.

Dalam buku “Fajar Kejadian” terbitan L.S.I. Yogya halaman 23, disebutkan: “Tuhan itu dituntut oleh sifat-sifatnya sendiri, karena belum ada apa-apa, Ia memberikan zat-zatnya sendiri, sehingga terciptalah alam.” (Bandingkan dengan sifat-sifat Tu)

Bab I : Kepercayaan pada Tu dan Yang (1)

Mukadimah…(sebelumnya)
cover-depan.gifBila kita kaji akar kepercayaan asli penduduk Asia Timur, Asia Tenggara, Polinesia, Mikronesia sampai Amerika Latin, ternyata terdapat titik-titik persamaan yang membuat kita sampai pada kesimpulan bahwa pada masa dahulu mereka memeluk satu ajaran kepercayaan yang sama. Sebagai contoh: Di Korea terdapat kepercayaan pada harimau jadi-jadian, di Jawa dan Sumatera pun terdapat kepercayaan seperti itu. Di Jawa dan Sumatera ada dongeng tentang tujuh putri yang turun mandi ke danau; pakaian putri bungsu dicuri seorang pemuda, lalu ia kawin dengan pemuda itu; akhirnya, putri bungsu kembali ke khayangan setelah baju terbangnya ditemukan kembali. Dongeng ini tersebar di seluruh Asia Tenggara dan titik persamaannya terdapat pula di Asia Timur.

Maka, diperkirakan pada tahun 5000 SM terdapat sebuah ajaran penyembahan kepada Tu dan Yang yang berpangkal di Asia Tengah dan mungkin dianut beberapa suku Mongoloid purba (nenek moyang orang Cina, Tibet, dan Jepang) dan berkemungkinan pada sekitar tahun 3500 SM telah dianut beberapa suku nenek moyang proto-Melayu yang masih menduduki beberapa daerah di China Selatan. Lalu karena terdesak suku Tsin (bukan wangsa Tsin) dan nenek moyang suku Haka, sampailah suku-suku proto-Melayu itu ke lembah Menam, Mekong, dan Irawadi. Terjadilah percampuran di Asia Tenggara antara suku-suku proto-Melayu dan suku China purba itu.

Di antara keturunan suku campuran itu ialah bangsa Anam dan Siam (Thai). Pada tahun 2000 SM, sebagian suku-suku proto-Melayu itu tersebar ke arah Selatan memasuki kepulauan Indonesia dan Filipina. Adapula sebagian memasuki India, di antara keturunannya ialah suku Munda; mereka masuk ke India melalui Assam. Adapula sebagian suku-suku proto-Melayu itu yang menempuh pesisir China dan sebagian mereka bermukim di Korea lalu bercampur darah. Sebagian dari Korea itu bergeser ke Jepang dan bertemu rombongan dari Selatan. Dari kepulauan Indonesia sebagian suku-suku itu berlayar ke Selandia Baru dan sekitarnya, Polinesia, dan Mikronesia. Bahkan ada dugaan bahwa penduduk asli Amerika Latin adalah keturunan mereka yang diduga berasal dari Polinesia, karena mungkin disebabkan pengaruh arus laut mereka tersebar kembali ke arah Barat. Maka penyelidikan dalam hal seperti akar kata, akar kepercayaan, hiasan kepala, lukisan perisai, baju kutung, perahu cadik menunjukan titik persamaan.

Ajaran agama Yang di China, Korea, dan Jepang kemudian dikitabkan. Akan tetapi di daerah seperti di Asia Tenggara dan Polinesia tidak dikitabkan, karena pada saat itu mereka belum mengenal tulisan.

Parasit Akidah: Mukadimah

oleh A.D. El. Marzdedeq (Umar Sidik)

cover-depan.gifAgama-agama di muka bumi ini, menurut masa pertumbuhannya terbagi menjadi dua rumpun, yaitu:

1. Agama Wahyu (Samawi)

Ialah dien yang diturunkan Alloh, disampaikan dengan wahyu kepada Rosul-Nya melalui Jibril, untuk kesejahteraan manusia di dunia dan akhirat. Agama ini ada yang tidak berlaku lagi dan sejak semula bersifat lokal, seperti agama yang diturunkan pada Bani Isroil. Pada umumnya agama wahyu ini sudah rusak karena ditumbuhi benalu, sehingga hilanglah pokok dan sebagian besar yang tertinggal hanyalah benalunya itu.

Contoh: Agama yang dibawa Nabi Musa ‘alayhi salam dengan Tauratnya dan agama yang dibawa Nabi Isa ‘alayhi salam dengan Injilnya. Adapun Islam yang dibawa Nabi Muhammad sholallohu ‘alayhi wasalam adalah agama untuk sepanjang zaman, berlaku untuk semua bangsa, berpokok pangkal pada kitab Al-Qur’an dan Sunnah Rosul-Nya. Muhammad sholallohu ‘alayhi wasalam adalah Rosul terakhir dan tidak ada Nabi-Rosul sesudah itu.

Firman Alloh:

“Sesungguhnya agama yang diakui Alloh untuk kamu peluk hanyalah Islam.” (Q.S. Ali Imron:19)
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam dengan menyeluruh dan jangalah engkau menuruti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” (Q.S. Al Baqoroh: 208)

Sabda Nabi sholallohu ‘alayhi wasalam:
“Setiap Nabi dikirimkan khusus untuk bangsanya, tetapi aku dikirimkan baik kepada bangsa berkulit merah ataupun hitam.” (Fiqhussunnah)

Firman Alloh:

“Tiadalah Aku utus engkau hai Muhammad, melainkan untuk rahmat sekalian alam.” (Q.S. Al Anbiya:107)

Dari Abu Huroiroh rodhliallohu ‘anhum, bersabda Nabi sholallohu ‘alayhi wasalam, “Tiap-tiap orang yang telah mendengar kenabianku baik Nasrani atau Yahudi, kemudian ia mati tidak masuk Islam, niscaya ahli neraka.” (H.R. Muslim)

2. Agama Thabi’i (kultaur, budaya)

Agama ini merupakan hasil budaya manusia. Sesungguhnya manusia itu dilahirkan dengan fitrah beragama. Ia ingin beribadat, tetapi karena berbagai jalan penyimpangan tumbuhlah suatu kepercayaan yang melahirkan suatu peribadatan tersendiri. Adakalanya karena dilahirkan oleh seorang yang berpengaruh, ajarannya itu berkembang lalu dibukukan menjadi sebuah kitab pegangan. Biasanya kitab ini berupa kumpulan mitos, nasihat, sifat-sifat ketuhanan, dan sebagainya.

Kitab itu biasanya ditulis setelah Sang Guru meninggal dan si penulis tidak mencantumkan namanya. Sebagian kitab-kitab agama thabi’i itu sendiri oleh Sang Guru. Contoh kitab-kitab agama thabi’i: Weda, Tripitaka, Zenda-awesta dan sebagainya.

Ada kemungkinan agama kultur berkitab itu semula tumbuh dari agama wahyu. Akibat terpengaruh bid’ah-bid’ah yang kian banyak agama itu berubah, kian lama kian jauh dari pangkalnya.
Ahli sejarah perkembangan agama membagi agama kultur menjadi tiga tingkatan, yaitu:

A. Agama Primitif

Manusia Neanderthal yang diperkirakan hidup di antara 50-30 ribu S.M. telah mengenal upacara penguburan dan ritus-ritus lainnya yang menunjukan adanya kepercayaan tentang akhirat.
Manusia purba ini bermukim di Shanindar Kurdistan dan Libanon. Mereka telah mengenal cara menaburkan bunga di kuburan dan mengenal sihir untuk berburu.

Agama primitive ini lahir karena dorongan fitrah manusia sendiri. Akan tetapi karena otaknya belum mampu memecahkan persoalan aneh yang merangsang alam pikirannya, timbullah perwujudan angan-anagan, berupa mitos yang melahirkan ritus-ritus tertentu.

Animisme

Mereka percaya bahwa roh itu bukan hanya menempati makhluk hidup tetapi juga benda-benda mati. Sehingga ruh itu terdapat dalam batu-batuan, pohon-pohon besar, tombak, kepala manusia yang dimumi, korwar, bukit-bukit, dan sebagainya.

Ada ruh alam dan ada roh dari lepasan seorang pahlawan, dukun atau kepala suku yang gagah berani.
Karena adanya kepercayaan pada roh-roh dan hantu-hantu, timbullah pemujaan terhadap tempat dan benda yang dianggap dihuni roh atau hantu itu. Ada yang dipuja agar membalas kebaikan. Ada pula yang dipuja agar ruh atau hantu itu tidak mengganggu.

Agar terhindar dari kemarahan dari hantu dan roh-roh itu, timbulah berbagai macam pantang-tabu. Segala upaya ritus itu dipimpin seorang pendeta suku atau dukun. Pendeta suku atau dukun dianggap sakti karena mereka dianggap dapat langsung berhubungandengan roh nenek moyang.

Adakalanya mereka membujuk roh-roh alam dengan mengadakan penguburan hewan atau manusia yang dikubur hidup-hidup atau diambil kepalanya dalam pengayauan atau dilemparkan ke dalam kepundan gunung manakala sebuah gunung meletus. Mereka beranggapan bahwa jika ada bencana alam berarti roh-roh alam sedang marah.

Sisa-sisa animisme masa kini:
Bendera kerajaan, tombak, keris dan gamelan dianggap mempunyai roh sehingga dipuja dan dinamakan datuk, kiai, tuan dan sebagainya. Wayang pun dianggap berjiwa sehingga diberi berbagai macam sajian.

Dinamisme

Pada dasarnya, pemujaannya hamper sama dengan Animisme. Menurut Dinamisme, setiap benda itu mempunyai kekuatan gaib. Karena sifatnya yang luar biasa, ada kekuatan besar, ada kekuatan kecil dan ada kekuatan besar serta istimewa, ada pula:

Orang cebol karena kecebolannya
Orang tua karena ketuaannya
Dukun karena kesaktiannya
Kerbau bulai karena kebulaiannya
Buaya putih karena langkanya
Pohon kerdil dan bengkok karena anehnya dan sebagainya

Gigi,ambut, kuku dianggap berkekuatan gaib, sehingga senjata dihiasi rambut, gigi, dan kuku musuh. Nafas dan ludah dukun berkekuatan gaib. Tatu dan cecah dianggap berkekuatan sebagai penangkal. Benda-benda aneh dianggap berkekuatan besar dan dijadikan benda sihir.Sisa-sisa dinamisme masa kini:

Azimat dianggap berkekuatan gaib sehingga disimpan di atas kendaraan atau ditaruh di atas pintu untuk menghindarkan diri dari gagngguan penyakit. Bergelang azimat, berkalung azimat atau bersabuk azimat, dan sebagainya. Orang Yunani percaya pada kekuatan gambar besi tapak kuda. Boneka kecil digantungkan di kaca “spion dalam” mobil, semula untuk menghindarkan diri dari gangguan hantu jalan.

Konon orang-orang Portugis dan Spanyol biasa menggambari layer kapalnya dengan gambar salib besar agar selamat dari gangguan hantu laut dan sebagainya. Kini sebagian umat Nasrani masih percaya kekuatan gaib pada salib. Sebagian kaum Sufi masih percaya kekuatan gaib tulisan Arab pada kulit yang dijadikan sabuk. Sebagian orang-orang besar masih percaya pada kekuatan gaib batu merah delima atau batu intan Koh-i-nur dan sebagainya.

Totemisme

Totemisme sesungguhnya masih bagian dari Animisme dan Dinamisme. Sebagian penganut Animisme dan Dinamisme percaya akan benda atau hewan yang melahirkan nenek moyang mereka.

Contoh:
Orang Eskimo biasa makan daging beruang. Akan tetapi, mereka beranggapan bahwa nenek moyangnya berasal dari seekor beruang. Jika seseorang sudah tua renta, ia harus menyediakan dirinya menjadi mangsa beruang. Ia diantarkan sanak keluarganya ke padang salju untuk menanti beruang dating memangsanya.

Ada yang beranggapan bahwa manusia itu keturunan atau penjelmaan ikan lumba-lumba, harimau, buaya, dan sebagainya. Sebagian suku Indian beranggapan bahwa manusia itu berasal dari bulu burung elang, sehingga bulu burung elang dianggap berkekuatan gaib. Ada pula sebagian mereka beranggapan bahwa manusia itu berasal dari tongkat di waktu malam. Ada pula sebagian suku primitive beranggapan bahwa nenek moyangnya berasal dari akar-akaran, pohon sagu, kepiting, kelapa, dan sebagainya.

Totemisme perseorangan dinamakan Nagualisme (nagual dalam kepercayaan suku Indian ialah hewan yang erat bertautan dengan seseorang).Jika roh seseorang berpindah pada hewan tertentu, dinamakan Lycanthropi. Pada suku bangsa primitive terdapat patung-patung nenek moyang, adakalanya digambarkan berupa binatang totem.

B. Agama madya-pertengahan

Agama ini kebanyakan bersifat panteisme, politeisme ataupun monoteisme yang tidak murni. Agama madya kemungkinan berasal dari perkembangan agama primitive atau kemungkinan sebagian berasal dari agama wahyu yang telah jauh menyimpang. Pada umunya, agama madya sudah mempunyai kitab pegangan dan ritus-ritus yang teratur.

C. Agama Filsafat

Agama ini lahir dari filsafat seseorang yang diagamakan seperti, ajaran Fitagoras yang akhirnya menjelma menjadi semacam agama yang memegang teguh theosofi. Seorang filosof melukiskan tentang kekuasaan Tuhan Maha Pengatur. Seorang murid filosof itu mencoba untuk beribadat kepada Tuhan Maha Pengatur dengan kebijaksanaan sendiri.

Sebagian ajaran agama filsafat itu menjurus pada mistik tetapi dengan membawakan dalih-dalih yang menyerupai ilmiah.

Ada agama dan kepercayaan yang menamakan diri “Penganut Agama Damai” yang mengambil sari pati setiap agama. Ada pula agama buatan yang sengaja dibentuk untuk kepentingan suatu golongan.

Ada aliran Sikh yang bersari pati ajaran Hindu dan Sufi.

Ada gerakan persatuan Sun Moon yang didirikan oleh seorang pendeta kaya, Sun Moon, dari Korea, berkeinginan menyatukan seluruh agama. Ada agama Bahai yang didirikan oleh Abdulbaha di bawah bayang-banyang Masuniyah Yahudi, untuk mempersatukan seluruh agama dalam agama baru Bahai.

Ada Ahmadiah yang didirikan Mirza Ghulam Ahmad, membuat Islam tandingan. Ia mengaku menerima wahyu, penjelmaan Krisna, Isa, Mahdi dan Nabi Akhir Zaman. Dibuatnya buku-buku seperti Anjam Atham, Hakikatil Wahyu dan sebagainya yang berupa wahyu buatan, dan diduga erat kaitannya dengan Masuniyah Yahudi.

Islam melarang keras menyatukan ajaran yang hak dan yang batil.

Firman Alloh:

“Dan janganlah kamu asimilasikan haq dan batil dan kamu sembunyikan hak, padahal kamu mengetahuinya.” (Q.S. Al Baqoroh:42)

Sabda Rasululloh sholallohu ‘alayhi wasalam,

Segala bid’ah (tambahan-tambahan yang dibuat) itu sesat dan semua yang sesat itu di neraka.” (H.R. Muslim)

“Barangsiapa meniru cara suatu kaum, ia pun termasuk kaum itu.” (H.R. Ahmad-Abu Baud)

“Alloh menghijab taubat daripada tiap-tiap ahli bid’ah sehingga ia tinggalkan bid’ahnya.” (H.R. Thabrani)

“Tidaklah mengada-adakan suatu kaum akan suatu bid’ah, melainkan diangkatlah semisalnya itu dari pada sunnah, maka berpegang dengan sunnah itu jauh lebih baik daripada mengadakan bid’ah.” (H.R. Ahmad)

Dari Ibnu Abbas rodhliallohu ‘anhum, sesungguhnya Nabi sholallohu ‘alayhi wasalam telah bersabda, “Sesungguhnya manusia yang lebih membangkitkan kemurkaan Alloh itu ada tiga perkara, ’Bersengaja dalam haram, mengharap berlaku “Sunnah jahiliyah” dalam Islam, dan seorang tukang pencari darah seseorang dengan tiada sebenarnya untuk mengeluarkan darahnya itu.” (H.R. Bukhori)

Maka segala bid’ah yang berupa bid’ah dalam i’tikad dan perbuatan itu:

  • Merupakan sisa dari agama thabi’i.
  • Merupakan sisa dari bid’ah agama samawi yang terdahulu.
  • Ciptaan baru, karena dianggap baik atau sengaja dimasukkan melalui hadits-hadits palsu, dan sebagainya.
  • Dalam istilah, segala sisa-sisa yang berasal dari ajaran agam thabi’i dan sisa-sisa dari bid’ah agama samawi yang terdahulu dinamakan “Sunnah jahiliyah.”[]

    Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.