Sunday, August 24, 2008

Parasit Akidah: Mukadimah

oleh A.D. El. Marzdedeq (Umar Sidik)

cover-depan.gifAgama-agama di muka bumi ini, menurut masa pertumbuhannya terbagi menjadi dua rumpun, yaitu:

1. Agama Wahyu (Samawi)

Ialah dien yang diturunkan Alloh, disampaikan dengan wahyu kepada Rosul-Nya melalui Jibril, untuk kesejahteraan manusia di dunia dan akhirat. Agama ini ada yang tidak berlaku lagi dan sejak semula bersifat lokal, seperti agama yang diturunkan pada Bani Isroil. Pada umumnya agama wahyu ini sudah rusak karena ditumbuhi benalu, sehingga hilanglah pokok dan sebagian besar yang tertinggal hanyalah benalunya itu.

Contoh: Agama yang dibawa Nabi Musa ‘alayhi salam dengan Tauratnya dan agama yang dibawa Nabi Isa ‘alayhi salam dengan Injilnya. Adapun Islam yang dibawa Nabi Muhammad sholallohu ‘alayhi wasalam adalah agama untuk sepanjang zaman, berlaku untuk semua bangsa, berpokok pangkal pada kitab Al-Qur’an dan Sunnah Rosul-Nya. Muhammad sholallohu ‘alayhi wasalam adalah Rosul terakhir dan tidak ada Nabi-Rosul sesudah itu.

Firman Alloh:

“Sesungguhnya agama yang diakui Alloh untuk kamu peluk hanyalah Islam.” (Q.S. Ali Imron:19)
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam dengan menyeluruh dan jangalah engkau menuruti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” (Q.S. Al Baqoroh: 208)

Sabda Nabi sholallohu ‘alayhi wasalam:
“Setiap Nabi dikirimkan khusus untuk bangsanya, tetapi aku dikirimkan baik kepada bangsa berkulit merah ataupun hitam.” (Fiqhussunnah)

Firman Alloh:

“Tiadalah Aku utus engkau hai Muhammad, melainkan untuk rahmat sekalian alam.” (Q.S. Al Anbiya:107)

Dari Abu Huroiroh rodhliallohu ‘anhum, bersabda Nabi sholallohu ‘alayhi wasalam, “Tiap-tiap orang yang telah mendengar kenabianku baik Nasrani atau Yahudi, kemudian ia mati tidak masuk Islam, niscaya ahli neraka.” (H.R. Muslim)

2. Agama Thabi’i (kultaur, budaya)

Agama ini merupakan hasil budaya manusia. Sesungguhnya manusia itu dilahirkan dengan fitrah beragama. Ia ingin beribadat, tetapi karena berbagai jalan penyimpangan tumbuhlah suatu kepercayaan yang melahirkan suatu peribadatan tersendiri. Adakalanya karena dilahirkan oleh seorang yang berpengaruh, ajarannya itu berkembang lalu dibukukan menjadi sebuah kitab pegangan. Biasanya kitab ini berupa kumpulan mitos, nasihat, sifat-sifat ketuhanan, dan sebagainya.

Kitab itu biasanya ditulis setelah Sang Guru meninggal dan si penulis tidak mencantumkan namanya. Sebagian kitab-kitab agama thabi’i itu sendiri oleh Sang Guru. Contoh kitab-kitab agama thabi’i: Weda, Tripitaka, Zenda-awesta dan sebagainya.

Ada kemungkinan agama kultur berkitab itu semula tumbuh dari agama wahyu. Akibat terpengaruh bid’ah-bid’ah yang kian banyak agama itu berubah, kian lama kian jauh dari pangkalnya.
Ahli sejarah perkembangan agama membagi agama kultur menjadi tiga tingkatan, yaitu:

A. Agama Primitif

Manusia Neanderthal yang diperkirakan hidup di antara 50-30 ribu S.M. telah mengenal upacara penguburan dan ritus-ritus lainnya yang menunjukan adanya kepercayaan tentang akhirat.
Manusia purba ini bermukim di Shanindar Kurdistan dan Libanon. Mereka telah mengenal cara menaburkan bunga di kuburan dan mengenal sihir untuk berburu.

Agama primitive ini lahir karena dorongan fitrah manusia sendiri. Akan tetapi karena otaknya belum mampu memecahkan persoalan aneh yang merangsang alam pikirannya, timbullah perwujudan angan-anagan, berupa mitos yang melahirkan ritus-ritus tertentu.

Animisme

Mereka percaya bahwa roh itu bukan hanya menempati makhluk hidup tetapi juga benda-benda mati. Sehingga ruh itu terdapat dalam batu-batuan, pohon-pohon besar, tombak, kepala manusia yang dimumi, korwar, bukit-bukit, dan sebagainya.

Ada ruh alam dan ada roh dari lepasan seorang pahlawan, dukun atau kepala suku yang gagah berani.
Karena adanya kepercayaan pada roh-roh dan hantu-hantu, timbullah pemujaan terhadap tempat dan benda yang dianggap dihuni roh atau hantu itu. Ada yang dipuja agar membalas kebaikan. Ada pula yang dipuja agar ruh atau hantu itu tidak mengganggu.

Agar terhindar dari kemarahan dari hantu dan roh-roh itu, timbulah berbagai macam pantang-tabu. Segala upaya ritus itu dipimpin seorang pendeta suku atau dukun. Pendeta suku atau dukun dianggap sakti karena mereka dianggap dapat langsung berhubungandengan roh nenek moyang.

Adakalanya mereka membujuk roh-roh alam dengan mengadakan penguburan hewan atau manusia yang dikubur hidup-hidup atau diambil kepalanya dalam pengayauan atau dilemparkan ke dalam kepundan gunung manakala sebuah gunung meletus. Mereka beranggapan bahwa jika ada bencana alam berarti roh-roh alam sedang marah.

Sisa-sisa animisme masa kini:
Bendera kerajaan, tombak, keris dan gamelan dianggap mempunyai roh sehingga dipuja dan dinamakan datuk, kiai, tuan dan sebagainya. Wayang pun dianggap berjiwa sehingga diberi berbagai macam sajian.

Dinamisme

Pada dasarnya, pemujaannya hamper sama dengan Animisme. Menurut Dinamisme, setiap benda itu mempunyai kekuatan gaib. Karena sifatnya yang luar biasa, ada kekuatan besar, ada kekuatan kecil dan ada kekuatan besar serta istimewa, ada pula:

Orang cebol karena kecebolannya
Orang tua karena ketuaannya
Dukun karena kesaktiannya
Kerbau bulai karena kebulaiannya
Buaya putih karena langkanya
Pohon kerdil dan bengkok karena anehnya dan sebagainya

Gigi,ambut, kuku dianggap berkekuatan gaib, sehingga senjata dihiasi rambut, gigi, dan kuku musuh. Nafas dan ludah dukun berkekuatan gaib. Tatu dan cecah dianggap berkekuatan sebagai penangkal. Benda-benda aneh dianggap berkekuatan besar dan dijadikan benda sihir.Sisa-sisa dinamisme masa kini:

Azimat dianggap berkekuatan gaib sehingga disimpan di atas kendaraan atau ditaruh di atas pintu untuk menghindarkan diri dari gagngguan penyakit. Bergelang azimat, berkalung azimat atau bersabuk azimat, dan sebagainya. Orang Yunani percaya pada kekuatan gambar besi tapak kuda. Boneka kecil digantungkan di kaca “spion dalam” mobil, semula untuk menghindarkan diri dari gangguan hantu jalan.

Konon orang-orang Portugis dan Spanyol biasa menggambari layer kapalnya dengan gambar salib besar agar selamat dari gangguan hantu laut dan sebagainya. Kini sebagian umat Nasrani masih percaya kekuatan gaib pada salib. Sebagian kaum Sufi masih percaya kekuatan gaib tulisan Arab pada kulit yang dijadikan sabuk. Sebagian orang-orang besar masih percaya pada kekuatan gaib batu merah delima atau batu intan Koh-i-nur dan sebagainya.

Totemisme

Totemisme sesungguhnya masih bagian dari Animisme dan Dinamisme. Sebagian penganut Animisme dan Dinamisme percaya akan benda atau hewan yang melahirkan nenek moyang mereka.

Contoh:
Orang Eskimo biasa makan daging beruang. Akan tetapi, mereka beranggapan bahwa nenek moyangnya berasal dari seekor beruang. Jika seseorang sudah tua renta, ia harus menyediakan dirinya menjadi mangsa beruang. Ia diantarkan sanak keluarganya ke padang salju untuk menanti beruang dating memangsanya.

Ada yang beranggapan bahwa manusia itu keturunan atau penjelmaan ikan lumba-lumba, harimau, buaya, dan sebagainya. Sebagian suku Indian beranggapan bahwa manusia itu berasal dari bulu burung elang, sehingga bulu burung elang dianggap berkekuatan gaib. Ada pula sebagian mereka beranggapan bahwa manusia itu berasal dari tongkat di waktu malam. Ada pula sebagian suku primitive beranggapan bahwa nenek moyangnya berasal dari akar-akaran, pohon sagu, kepiting, kelapa, dan sebagainya.

Totemisme perseorangan dinamakan Nagualisme (nagual dalam kepercayaan suku Indian ialah hewan yang erat bertautan dengan seseorang).Jika roh seseorang berpindah pada hewan tertentu, dinamakan Lycanthropi. Pada suku bangsa primitive terdapat patung-patung nenek moyang, adakalanya digambarkan berupa binatang totem.

B. Agama madya-pertengahan

Agama ini kebanyakan bersifat panteisme, politeisme ataupun monoteisme yang tidak murni. Agama madya kemungkinan berasal dari perkembangan agama primitive atau kemungkinan sebagian berasal dari agama wahyu yang telah jauh menyimpang. Pada umunya, agama madya sudah mempunyai kitab pegangan dan ritus-ritus yang teratur.

C. Agama Filsafat

Agama ini lahir dari filsafat seseorang yang diagamakan seperti, ajaran Fitagoras yang akhirnya menjelma menjadi semacam agama yang memegang teguh theosofi. Seorang filosof melukiskan tentang kekuasaan Tuhan Maha Pengatur. Seorang murid filosof itu mencoba untuk beribadat kepada Tuhan Maha Pengatur dengan kebijaksanaan sendiri.

Sebagian ajaran agama filsafat itu menjurus pada mistik tetapi dengan membawakan dalih-dalih yang menyerupai ilmiah.

Ada agama dan kepercayaan yang menamakan diri “Penganut Agama Damai” yang mengambil sari pati setiap agama. Ada pula agama buatan yang sengaja dibentuk untuk kepentingan suatu golongan.

Ada aliran Sikh yang bersari pati ajaran Hindu dan Sufi.

Ada gerakan persatuan Sun Moon yang didirikan oleh seorang pendeta kaya, Sun Moon, dari Korea, berkeinginan menyatukan seluruh agama. Ada agama Bahai yang didirikan oleh Abdulbaha di bawah bayang-banyang Masuniyah Yahudi, untuk mempersatukan seluruh agama dalam agama baru Bahai.

Ada Ahmadiah yang didirikan Mirza Ghulam Ahmad, membuat Islam tandingan. Ia mengaku menerima wahyu, penjelmaan Krisna, Isa, Mahdi dan Nabi Akhir Zaman. Dibuatnya buku-buku seperti Anjam Atham, Hakikatil Wahyu dan sebagainya yang berupa wahyu buatan, dan diduga erat kaitannya dengan Masuniyah Yahudi.

Islam melarang keras menyatukan ajaran yang hak dan yang batil.

Firman Alloh:

“Dan janganlah kamu asimilasikan haq dan batil dan kamu sembunyikan hak, padahal kamu mengetahuinya.” (Q.S. Al Baqoroh:42)

Sabda Rasululloh sholallohu ‘alayhi wasalam,

Segala bid’ah (tambahan-tambahan yang dibuat) itu sesat dan semua yang sesat itu di neraka.” (H.R. Muslim)

“Barangsiapa meniru cara suatu kaum, ia pun termasuk kaum itu.” (H.R. Ahmad-Abu Baud)

“Alloh menghijab taubat daripada tiap-tiap ahli bid’ah sehingga ia tinggalkan bid’ahnya.” (H.R. Thabrani)

“Tidaklah mengada-adakan suatu kaum akan suatu bid’ah, melainkan diangkatlah semisalnya itu dari pada sunnah, maka berpegang dengan sunnah itu jauh lebih baik daripada mengadakan bid’ah.” (H.R. Ahmad)

Dari Ibnu Abbas rodhliallohu ‘anhum, sesungguhnya Nabi sholallohu ‘alayhi wasalam telah bersabda, “Sesungguhnya manusia yang lebih membangkitkan kemurkaan Alloh itu ada tiga perkara, ’Bersengaja dalam haram, mengharap berlaku “Sunnah jahiliyah” dalam Islam, dan seorang tukang pencari darah seseorang dengan tiada sebenarnya untuk mengeluarkan darahnya itu.” (H.R. Bukhori)

Maka segala bid’ah yang berupa bid’ah dalam i’tikad dan perbuatan itu:

  • Merupakan sisa dari agama thabi’i.
  • Merupakan sisa dari bid’ah agama samawi yang terdahulu.
  • Ciptaan baru, karena dianggap baik atau sengaja dimasukkan melalui hadits-hadits palsu, dan sebagainya.
  • Dalam istilah, segala sisa-sisa yang berasal dari ajaran agam thabi’i dan sisa-sisa dari bid’ah agama samawi yang terdahulu dinamakan “Sunnah jahiliyah.”[]

    No comments:

    Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.