Friday, August 8, 2008

Ciaaat...Ikut Bela Diri, Yuk!



Usah khawatir anak bakal jadi tukang berkelahi. Justru dengan ikut bela diri, anak dibekali kemampuan mengendalikan diri.

Seperti dikatakan Hendry Hendarto, instruktur karate ban hitam, "Anak harus belajar bagaimana mengendalikan emosinya. Saat terjadi konflik, dia tidak ujug-ujug menyerang lawan, tapi mencoba memecahkan masalah dengan cara lain seperti berdiskusi. Barulah saat dirinya diserang atau terancam, dia bisa membela diri. Dengan kata lain, bela diri merupakan jalan terakhir yang ditempuh dan dilakukan dalam keadaan terdesak," tutur bintang laga ini.

Selain itu, bela diri juga jauh dari kesan kekerasan. Sebab, bela diri tak hanya menyangkut wiraga (gerak), wirasa (citarasa), dan wirama (irama), tapi juga unsur moral bahkan spiritual. "Banyak tokoh dan pendiri bela diri yang akhirnya menjadi bhiksu, pendeta, dan tokoh agama lainnya. Ini menandakan bela diri juga penuh dengan nilai kasih sayang, empati, dan lain-lain. Jadi, tidak ada ceritanya anak menjadi senang bag big bug karena belajar karate," tandas Hendry yang diamini pula oleh Cipto Guntoro, instruktur silat POPNAS (Pekan Olahraga Pelajar Nasional) DKI Jakarta. "Bela diri tidak hanya mengembangkan fisik anak, tapi juga menata mentalnya. Anak-anak dibangun mentalnya untuk tidak melakukan kekerasan kepada anak lain," tambah Igung, sapaan akrabnya.

Namun, bukan berarti anak tak mendapat tempat untuk menyalurkan kelihaiannya menggunakan jurus-jurus bela diri yang telah dipelajarinya. Sebab, dalam ujian anak bisa memeragakan semua gerakan tersebut, baik memukul, menendang, atau menangkis. Tentu, keamanan dalam bertanding menjadi prioritas. Untuk tae kwon do, misal, anak usia di atas 10 tahun baru bisa mengikuti, selain beberapa tubuh yang sensitif dilindungi pengaman, seperti kepala, bagian dada, kelamin, dan sebagainya. "Tidak cuma itu. Anak juga diajarkan mana bagian tubuh yang boleh dan tidak dipukul," ungkap Rintanto P.H., instruktur tae kwon do anak dari sekolah ternama di Jakarta.

PERLU KERJA SAMA
Menurut Hendry, dukungan orangtua sangat penting agar anak bisa mengambil manfaat dan membuang risiko negatifnya. Salah satunya adalah memberikan motivasi agar anak rajin berlatih. Maklum, di usia ini, suasana hati anak kadang berubah, kadang baik dan kadang buruk. Nah, di saat suasana hati buruk, biasanya dia malas latihan. Nantinya, bukan tak mungkin jika kemalasan ini semakin menjadi-jadi sehingga anak mogok berlatih. Nah, tugas orangtualah untuk memberikan motivasi saat suasana hati anak buruk atau minatnya menurun. "Berikan perhatian pada aktivitas bela dirinya seperti menanyakan pelatih, suasana latihan, dan sebagainya."

Dukungan juga bisa diwujudkan dengan mengantar jemput anak, mengawasinya saat latihan, menyediakan makanan dan minuman ringan, serta lainnya. Hadir saat latihan juga membuat orangtua tahu, bagaimana gerakan yang tepat, sehingga bisa mengoreksi dan membetulkannya saat anak memeragakan teknik yang keliru.

Bukan cuma itu. Orangtua pun dapat menyelipkan pesan-pesan moral. Meski sudah menguasai gerakan bela diri, bukan berarti anak bebas mempraktikkannya kepada adik atau kakak di rumah maupun teman-temannya, melainkan harus bisa menahan diri saat terjadi konflik. Anak pun tak boleh memamer-mamerkan kemampuan bela diri. Jelaskan risiko yang bisa terjadi jika anak tetap memamerkan kemampuannya, seperti menerima sanksi dari orangtua atau dikucilkan dari pergaulan sosial. Bela diri bukan untuk dipamerkan dan menjadi jagoan, melainkan justru menjadikan anak rendah hati.

SARAT MANFAAT
Menurut Yanti dan Hendry, bela diri sangat banyak manfaatnya, antara lain:

* Melatih Kemampuan Motorik Kasar-Halus
Melalui berbagai gerakan dalam bela diri, anak bisa belajar mengatur keseimbangan, melompat, menangkis, memukul, dan sebagainya. Kemampuan motorik ini penting agar anak memiliki posisi tubuh yang baik.

* Tubuh Sehat & Bugar
Rangkaian gerakan dalam bela diri sama saja dengan olahraga. Semakin sering badan digerakkan semakin sehat. Dengan tubuh yang sehat anak pun memiliki kekebalan yang cukup, hingga membuatnya tak gampang terserang penyakit. Olahraga teratur juga membuat tubuh anak semakin bugar, dan konsentrasi jadi lebih tajam.

* Belajar Disiplin
Meski tak seketat orang dewasa, anak tetap harus mematuhi aturan yang ada di perguruan. Misal, tak boleh telat latihan kecuali ada alasan kuat, mengikuti instruksi yang diberikan pelatih, menggunakan seragam, tak boleh bermain-main saat latihan, dan sebagainya. Berbagai sanksi pun bisa diterima jika anak melanggarnya. Dengan keberadaan aturan itu, anak belajar disiplin dan menaati aturan. Bukan tak mungkin jika hal yang sama akan diterapkannya di sekolah atau di rumah, anak belajar mematuhi semua aturan di rumah dan sekolah.

* Ajang Sosialisasi
Bila ikut bela diri, khususnya di luar sekolah, anak akan bertemu dengan teman-teman baru. Dia belajar bergaul dan bermain dengan teman-teman barunya, sehingga kemampuan sosialnya lebih terasah.

* Menyalurkan Energi Positif
Anak bisa meluapkan emosi negatifnya lewat gerakan-gerakan bermanfaat, seperti berlari-lari, melompat, dan lainnya. Selain sehat, emosi anak pun jadi stabil kembali. Ini cukup positif daripada anak menyalurkannya lewat mengamuk, memukul adik, atau menendang teman.

BUKAN CUMA ANAK LELAKI
Benarkah bela diri identik dengan laki-laki? Enggak juga, kok! Seperti dikatakan Rosmayanti, Psi., dari Yayasan Cikal, Jakarta, "Setiap anak memiliki minat masing-masing. Orangtua tak bisa memaksakan anak masuk kursus bela diri jika dia enggak suka." Jika dipaksakan, bukan tak mungkin anak malah mogok latihan. Sebaliknya jika berminat, lanjut psikolog yang dipanggil Yanti ini, anak perempuan pun boleh ikut bela diri. Jadi, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki kesempatan yang sama untuk berlatih bela diri.

Nah, bila anak sudah berminat, selanjutnya ada beberapa hal yang sebaiknya dipertimbangkan orangtua sebagaimana disampaikan oleh Yanti, Hendry, dan Rintanto berikut ini:
* Sebaiknya tempat kursus itu menyediakan masa percobaan, sehingga jika anak senang dan berminat, dia bisa melanjutkan latihan. Jika tidak, dia bisa mempelajari keterampilan lain yang lebih diminatinya. Minat tinggi merupakan modal penting untuk anak belajar. Jika anak sudah suka, dia akan terus termotivasi untuk belajar.

* Pilih seni bela diri yang cocok. Kini, bertebaran perguruan bela diri di tanah air, masing-masing memiliki kekhususan. Nah, orangtua bisa menggali, seni bela diri apa yang akan anak geluti.

* Sebaiknya kelompok bela diri tak dicampur dengan orang dewasa, tapi khusus untuk anak seusianya. Sebab, metode melatih anak berbeda dengan dewasa. Begitu juga materi, porsi, maupun berat latihannya. Agar optimal dan efektif, anak-anak sebaiknya dikelompokkan menurut usia. Memang, pada kenyataannya, itu tidaklah mudah, khususnya perguruan bela diri yang berada di luar sekolah. Kadang, jumlah anak yang mendaftar lebih sedikit ketimbang remaja atau dewasa. Tak heran, beberapa ranting karate kadang menggabungkan anak dan remaja, namun materi dan porsi latihan tetap dibedakan. Misal, jika orang dewasa harus push sampai 10 kali, maka anak cukup 2-5 kali saja.

* Lihat kemampuan motorik anak, apakah dia sudah siap untuk melakukan serangkaian gerakan yang ada di dalam bela diri atau tidak. Jika tidak, jangan terlalu dipaksakan.

* Berikan asupan nutrisi yang cukup dan bergizi. Bela diri merupakan aktivitas yang menguras fisik dan tenaga. Jika asupan nutrisinya kurang, latihan bela diri tak akan optimal. Anak cepat lelah dan tak bisa mengikuti gerakan yang diberikan dengan baik.

* Beritahukan kepada pelatih bila si kecil mengidap sakit tertentu seperti asma, sehingga instruktur bisa mengatur porsi latihan yang tepat. Jangan khawatir jika penyakitnya bertambah parah, justru penyakitnya bisa berkurang atau bahkan sembuh. Kecuali jika anak memiliki penyakit berat seperti hemofilia, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Kalaupun mau latihan, harus dibuat kelas khusus. Hal yang sama berlaku bagi anak yang memiliki cacat fisik, sebaiknya ikut kelas privat sehingga materinya bisa disesuaikan.

Sumber : www.tabloid-nakita.com

No comments:

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.